Pages

Wednesday, July 11, 2018

Kabur!

Kabuuur!
Karya  : Yayuk Amirotin


"Van, gerimis-gerimis begini kamu mau nekat juga?" tanya Faria bersandar di tempat tidur, matanya tidak mau lepas dari sang artis idola "Pernikahan Dini" yang pernah membuatnya mabuk kepayang.
"Cuman gerimis, gak apa-apa. Malah bikin suasana tambah romantis," jawab Vany menghibur dirinya.
"Tapi ini malam Jum'at, Van..." Faria mengingatkan.
"Mau malam Jum'at, Sabtu, Minggu, bagiku is oke," Vany melanjutkan bersolek di depan cermin rias. Dimonyong-monyongkan bibirnya yang seksi sambil mengerjab-ngerjabkan mata seolah menggoda Faria untuk ikut bersamanya.
"Tak usahlah kau seperti itu, lebih baik aku ngorok di rumah aja," Faria membalikkan badan membelakangi sahabatnya. Dipeluknya boneka panda raksasa erat-erat.
"Ayolah, sudah saatnya kita beraksi. Meraup jutaan rupiah dalam semalam," Vany mendekat, "Katamu, kau ingin segera punya mobil?" Vany terus saja merayu.
Karena rayuan Vany yang bertubi-tubi, maka berangkatlah keduanya dengan menghubungi ojek online. Tak lupa keduanya memakai parfum dan rok mini. Sepatu highill dan tas feminim melekat di pundak mereka.
Sesampai di tujuan, hanya beberapa pengunjung yang masih terlihat. Remang-remang lampu taman berpendar  di tengah arena pancuran air yang cukup luas. 
Gemericik pancuran menambah keheningan malam yang makin larut. Mobil-mobil yang berseliweran di depan taman kota berkurang. Bayang-bayang pohon besar penunggu taman tampak seram. Semilir angin dingin menerpa rambut Vany yang sedari tadi duduk menunggu di sebuah gazebo yang mulai usang. Berkali-kali ia melihat arloji mengkilat di pergelangan tangannya, hampir jam 12, yang ditunggu-tunggu tak juga datang.
Sementara Faria asyik bernyanyi dengan aplikasi smule di HP-nya. Di bawah pohon beringin besar, ia membuat oc lagu "Malanku yang Sepi."
Pett!Tiba-tiba lampu taman padam. Vany tersentak, sempat beberapa menit ia tertidur. Dilihatnya sekeliling tampak gelap.  Diraihnya HP di dalam tas, tak lama kemudian HP-nya berbunyi. Betapa girang hatinya, karena cowok yang dinanti-nantinya telah membalas melalui WA.
"Kutunggu dirimu di rumah, di ujung sebelah utara taman. Datanglah segera, sebelum datang pagi melahap malam..."
Tanpa membalas, Vany berjalan perlahan ke arah Utara. Dengan senter HP, ia menyusuri jalanan taman yang penuh rerumputan. Tampak sebuah rumah sederhana berdiri  di antara gundukan batu-batu. Cahaya lilin samar-samar menerangi ruang tamu yang hanya terdiri dari bangku sederhana dan meja kotor yang usang.
Perlahan Vany memasuki rumah itu, dilihatnya seorang perempuan cantik bergaun putih duduk membelakanginya. Rambutnya yang hitam panjang tergerai menutupi punggung.
"Aku sudah lama menunggumu di sini, Bang," kata wanita itu tanpa menoleh.
Vany ngeri juga mendengar sapaan wanita itu. Dengan hati-hati Fany duduk di bangku panjang yang entah berapa tahun usianya. Tak ada pemandangan yang menarik di ruangan itu.
"Aku ada janji dengan seorang cowok yang tadi siang menelepon, apakah rumahnya benar ini?" tanya Vany memberanikan diri.
"Hi hi hi...," wanita itu tertawa menyeramkan, "Benar, Bang. Inilah rumahnya," lanjutnya.
"Bisakah kau memanggilkan cowok itu?" Vany mulai merasa tidak nyaman.
"Tidak bisa, Bang. Karena, hanya akulah penunggu rumah ini. Aku pemiliknya!"
"Tapi, tadi seorang cowok yang meneleponku," Vany buru-buru berdiri dari tempat duduknya.
Seketika wanita yang membelakanginya menoleh, tampak wajah yang disangka Vany sangat cantik, berubah!Mata wanita itu menyala, wajahnya rusak dan tampak keriput. Matanya menatap tajam ke arah Vany.
Sambil berdiri gemetaran, tidak terasa sepatu dan rok mini yang ia kenakan basah oleh air kencing.
Wanita di hadapannya perlahan mendekati Vany, matanya masih menyala. Vany beringsut mundur beberapa langkah, tapi sial. Ia malah jatuh terperosok di antara bebatuan. Kakinya terjepit sesuatu.
"Jangan, jangan ganggu aku..." teriaknya ketakutan.
"Berhenti kau, jadi waria!Kalau tidak, akan kupatahkan kakimu sekarang juga!" kata wanita itu mengancam.
"Baik, baik. Mulai malam ini, aku akan pensiun dari pekerjaanku, " jawab Vany mencoba menarik kakinya dari wanita itu. 
Dengan tenaga yang tersisa, ia berhasil lari dari cengkeraman makhluk pengganggu itu. Vany lari terbirit-birit memanggil-manggil sahabatnya, Faria. Lelah ia berjalan mengitari taman, tapi tak jua ditemukannya si Faria.
"Ojek, Neng!" tiba-tiba seorang tukang becak melintas di hadapannya. Hatinya sedikit lega, setidaknya ia memiliki teman di malam selarut ini.
"Iya, becak. Anterin saya pulang, saya capek sekali!" kata Vany melemah.
Sesaat lamanya Vany tertidur di becak. Ia baru sadar ketika HP-nya berbunyi. Dibukanya sebuah pesan WA, "Rumahmu di mana, Abang capek mengayuh becak terus."
Vany tersentak. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dari Abang becak. Darimana ia tahu nomor HPnya. Vany memberanikan diri menoleh, betapa terkejutnya dia karena tiba-tiba seorang wanita menyeramkan yang mengganggunya tadi telah duduk tertawa-tawa di belakangnya. Berkali-kali Vany meminta berhenti, tetapi becak berjalan semakin kencang, hingga tibalah ia di sebuah pemakaman luas.
Becak itu terhenti tepat di depan pintu makam, buru-buru Vany turun. Dilihatnya wanita tadi sudah tidak duduk di kursi belakang, Vany segera berlari sekuat tenaga menjauhi tempat angker itu. Sempat ia menoleh, wanita menyeramkan itu berdiri melambai-lambaikan tangan tanda perpisahan.
Vany tiba di rumah tepat azan subuh.. Diceritakannya tragedi malam itu ke Faria sahabatnya. Faria tersenyum geli mendengarnya.
"Makanya, sekarang berhenti jadi waria!" ejeknya.
"Iya, mulai malam itu aku akan pensiun. Aku mau jadi lelaki sesungguhnya," jawab Vany seraya memotong rambutnya yang panjang.

No comments:

Post a Comment